Selamat Datang Fikru-l- Mustanir

 

 

FIKRUL MUSTANIR

(Pemikiran yang Cemerlang)

Pemilihan nama dalam suatu organisasi merupakan salah satu hal yang penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan kembali tujuan organisasi serta diharapkan mampu menambah semangat anggota organisasi tersebut.  Adapun dalam hal ini kami akan menyampaikan usulan nama kabinet Himpunan Mahasiswa Progam Studi (HMPS) Ilmu Hadis periode 2021/2022 dengan nama “Fikrul Mustanir” atau “al-Fikr al-Mustanir”. Usulan ini terinspirasi dari gagasan salah seorang ulama, pemikir sekaligus politikus Islam yakni al-‘Alamah Syekh Taqiyuddin an-Nabhani yang dituangkan dalam kitabnya yang berjudul Nidzamul Islam.

Penting kiranya kita ketahui tingkatan berfikir berdasarkan aspek kedalamanya. Tingkatan ini terbagi menjadi 3 yakni pemikiran dangkal (al-fikr al-sathhiy), pemikiran mendalam (al-fikr al-‘amiq) dan pemikiran yang cemerlang (al-fikr al-mustanir).  Ketiga jenis pemikiran ini juga memiliki definisi dan cara pandang masing-masing dalam menghadapi maupun melihat sebuah permasalahan.

Sebagai penjabaran dari ketiga tingkatan pemikiran ini mari kita ambil contoh:
Pada suatu kesempatan Ali, Fatchur dan Rohman berjalan-jalan di sebuah ladang luas. Mereka melihat sebuah objek seperti sebatang pohon. Lantas ketiganya mengungkapkan apa yang mereka pahami dalam menangkap objek tersebut.

Ali tanpa melihat atau mengamati lebih dalam dengan cepat mengatakan,: “Ini adalah pohon”. Cara berfikir Ali inilah yang dinamakan pemikiran dangkal (al-fikr al-sathhiy) yakni menghukumi segala sesuatu dari yang nampak saja. Pemikiran ini adalah jenis pemikiran terendah dalam tingkatannya.

Sementara Fatchur mengatakan “Waw, ternyata ini pohon nangka. Lihat gais, akarnya besar dan kuat ya. Pohon ini punya batang yang besar dan tinggi yang diatasnya tumbuh banyak cabang, diatas cabang tumbuh banyak ranting dengan daun yang rimbun berikut buahnya (Fatchur tidak berhenti mengatakan objek itu adalah pohon, namun dia butuh memahami dan mengatakan semua hal sebagaimana adanya)”. Inilah yang dinamakan pemikiran mendalam (al-fikr al-‘amiq) yakni menghukumi sesuatu dengan penjelasan lebih detail dan rinci. Pemikiran ini lebih tinggi tingkatannya dari al-fikr al-sathhiy.

Berbeda dengan kedua temannya Rohman mengatakan lebih dari apa yang dikatakan Fatchur, ia menambahi “Pohon Nangka, ia termasuk dalam keluarga moraceae, iklim yang sesuai untuknya adalah iklim tropis. Pohon nangka ini banyak jenis dan ragamnya yang menunjukkan salah satu nikmat Allah yang tak bisa terhitung dengan kandungan gizi tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. Perbedaan rasa antara buah pohon nangka dan buah pohon sukun menunjukkan kebesaran penciptanya, yaitu Allah subhānahu wa ta’āla. Pohon nangka ditanam di sebelah pohon sukun yang masih dalam satu familia, di tanah yang sama, disiram dengan air yang sama, namun rasanya berbeda. Nangka matang rasanya manis, sedang sukun memiliki rasa yang hambar. Maha Besar Allah yang telah menciptakan, memberikan kehidupan dan dengan bentuk yang beragam. Seperti dalam firman Allah: “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” (TQS ar-Ra’d ayat 13).

Cara berfikir Rohman inilah yang dinamakan pemikiran yang cemerlang (al-fikr al-mustanir) yakni menghukumi sesuatu dengan penjelasan lebih detail dan rinci, serta menjelaskan lebih lanjut tentang objek yang mereka lihat dan mengkorelasikan bagaimana objek itu bisa ada, keadaan sekitar yang mengelilinginya, iklim dan cuaca yang pas untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Tingkatan berfikir Rohman merupakan tingkatan tertinggi dibandingkan kedua temannya.

Pemikiran yang cemerlang adalah sebuah keniscayaan bagi mereka yang ingin membangkitkan bangsanya dan menginginkan kehidupannya berada pada jalan yang mulia. Mereka harus lebih dahulu mengurai simpul utama (al-‘uqdatul qubro) dengan benar, melalui pemikiran cemerlang. Adapun simpul utama mencakup pertanyaan seputar asal muasal keberadaan manusia di dunia, perkara-perkara apa yang akan dilakukannya di dunia, serta ke mana kembalinya manusia setelah kehidupan di dunia.  Simpul utama inilah yang terus membuat gelisah dan resah dipikiran manusia yang sedang tumbuh, serta mendesak mereka untuk menemukan jawaban yang sesuai fitrah, memuaskan akal pikiran, serta membuat hati mereka tenang dan damai.

Penguraian yang benar membutuhkan pemikiran yang cemerlang (al fikr al mustanir) yang kemudian menjadi akidah yang shahih serta menjadi landasan berfikir (al-qaidah al-fikriyah) yang kuat dan kokoh di mana semua pemikiran umat tentang kehidupan dibangun di atasnya. Sehingga tidak ada lagi masalah yang lalu, saat ini maupun masa mendatang, kecuali dalam Islam telah ada solusinya. Tidak ada satu pertanyaan pun kecuali ia ada jawabannya, dan tidak ada masalah kecil atau besar kecuali dalam Islam terdapat cara pemecahannya. Yakni dengan menerapkan hukum Syariah secara menyeluruh.

Berdasarkan alasan inilah kami “Fikrul Mustanir”, dengan harapan Kabinet dapat berdiri tegak di atas aqidah Islam serta dapat menyelesaikan permasalahan dengan tingkat pemikiran tertinggi yakni pemikiran yang cemerlang atau Fikrul Mustanir sesuai dengan namanya.